Perubahan besar dunia menuju KHILAFAH

menuju KHILAFAH photo Menuju-MK-2013.gif

The KHILAFAH Channel

khilafah on livestream.com. Broadcast Live Free

Selasa, 31 Mei 2011

Ngapain ikut Konferensi Rajab 1432 H yang diadakan HTI, GAK PENTING !!!

hehehehe...jangan kepancing dulu melihat judulnya. baca dulu ya isinya?!
selama ini mungkin banyak kita dapati komentar-komentar sinis terhadap acara-acara yang diadakan oleh Hizbut Tahrir, salah satunya mungkin komentar orang terhadap acara HTI yang akan dilakukan dalam waktu dekat ini yaitu Konferensi Rajab 1432 H.



inilah salah satu komentar terhadap Konferensi Rajab yang akan diadakan HTI:

“Salah satu kesenangan kelompok Islam adalah mengumpulkan massa dalam jumlah besar, show of force. Nanti yang lain juga begitu. Kayak saingan banyak-banyakan pengikut. Cara seperti ini tidak menyelesaikan masalah. Ini kerja ga kongkrit. Tidak terukur. Mendingan HTI bekerja, misalnya untuk mengentaskan kemiskinan. Daripada bikin kegiatan yang mengundang massa besar, tapi ga jelas apa hasilnya…”

Pernyataan diatas disampaikan oleh salah satu anggota redaksi harian Kompas dalam pertemuan dengan delegasi HTI beberapa waktu lalu, dalam rangka sosialisasi Konferensi Rajab. Pernyataan ini mengemuka setelah menyaksikan tayangan profil singkat HTI yang diantarnya memang banyak menampilkan cuplikan gambar dari agenda dan aksi-aksi besar semisal Konferensi Khilafah Internasional (KKI) 2007 yang dihadiri oleh sekitar 100.000 Orang, Muktamar Ulama Nasional (MUN) 2009 yang dihadiri oleh sekitar 7.000 ulama, Muktamar Mubalighah Indonesia (MMI) 2010 yang dihadiri oleh sekitar 6.000 mubalighah, serta aksi Century, aksi Negara gagal, dan lainya, yang tampak selalu dipadati masa.

Agaknya anggota redaksi harian Kompas diatas, dan mungkin banyak lagi pihak lain yang berpikiran sama bahwa kegiatan-kegiatan besar semacam itu hanya buang-buang energi saja. tidak kongkrit, tidak membekas. Dan tidak menyelesaikan masalah yang sedang membelit masyarakat dan negeri ini.

Memang, masyarakat saat ini tengah dirundung banyak sekali masalah. Mulai dari masalah ekonomi, social, hukum, pendidikan, hingga masalah yang menyangkut kesahatan dan perumahan. Semua itu tentu membutuhkan penyelesaian konkrit. Masalah rendahnya tingkat pendidikan dan tingginya angka putus sekolah misalnya harus diselesaikan dengan cara memberikan bantuan biaya secara massif kepada mereka yang tidak mampu. Problem Kemiskinan harus diatasi dengan meningkatkan jumlah lapangan kerja dan perbaikan pola distribusi kekayaan. Pendek kata, masalah yang dihadapi adalah masalah kongkrit, tentu solusi yang ditawarkan juga harus kongkrit&politis. Bila demikan, lalu apa mamfaat dari aksi dan acara besar yang telah dan akan diiadakan oleh HTI?

Kegiatan-kegiatan tersebut harus difahami dalam konteks penyadaran umat dan usaha melakukan perubahan politik. Selama ini sering sekali dikeluhkan bahwa sulit sekali melakukan perubahan politik di negeri ini. Partai-partai islam yang digadang-gadang bisa melakukan perubahan melalui jalur parlemen nyatanya tak banyak mendapat dukungan. Dalam setiap pemilu partai-partai islam selalu kalah oleh partai-partai sekular. Sebaliknya, perubahan melalui jalur di luar parlemen sering dianggap bukan jalur ideal meski fakta membuktikan semua perubahan besar di berbagai Negara termasuk Indonesia terjadi melalui jalur non-parlemen.

Saat ditanyakan mengapa umat tidak banyak mendukung parpol Islam, dan mengapa pula peubahan politik non parlemen sulit dilakukan. Jawabanya senada; Karena Umat Kurang Sadar. Nah, kalau benar umat kurang sadar, mengapa tidak dilakukan usaha menyadaran? Penyadaran adalah langkah penting dalam proses perubahan politik. Sayang langkah ini tak sungguh-sungguh dikerjakan dengan tekun. “Semua orang ingin hasilnya tapi tidak mau melakukan prosesnya”. Disinilah letak perbedaan pokok HT dengan yang lain.

Sbagai sbuah gerakan politik, HT sangat menyadari benar pentingnya kesadaran umat. Dukungan umat dlm perubaan politik mutlak adanya. Tanpa dukungan masyarakat, mustahil perubahan dapat dilakukan. Dukungan ini hanya mungkin lahir bila umat menyadari betapa rusaknya keadaan masyarakat saat ini, serta tatanan pengganti seperti apa yang harus diperjuangkan dan bagaimana cara perubahan itu dilakukan.

Maka dari itu, HT telah sejak awal melakukan proses penyadaran itu. Bahkan HT menjadikan hal itu sebagai kegiatan atau amal dakwah utama dalam tahapan dakwah yang dijalani. Inilah kegiatan tatsqif al-ummah (pembinaan umat) dalam tahapan dakwah pembinaan/pengkaderan. Dalam tahapan ini dengan berbagai uslub (cara) dan wasilah HT melakukan pembinaan umat. Tujuannya untuk terbentunknya kesadaran umum dan kesadaran politik di tengah-tengah umat. Acara-acara besar seperti KKI, MUN, MMI dan Konferensi Rajab -yang insyaalloh akan dilaksanakan estafet selama bulan Juni di 29 Kota-  serta acara-acara serupa pada masa mendatang adalah cara dan sarana yang ditempuh oleh HTI dalam proses penyadaran umat. Hasilnya adalah peningkatan kesadaran umat sebagaimana dibuktikan dalam berbagai survey yang dilakukan oleh HTI atau oleh Lembaga-lembaga lain secara berkala. Misalnya seperti hasil survey SEM Institute tahun 2010, yang menunjukkan bahw mayoritas responden (74%) setuju penerapan syariah. Bahkan mayoritas responden (83%) setuju penegakan Khilafah. Angka-angka ini tentu masih bisa berubah seiring makin gencarnya berbagai kegiatan pembinaaan umat yang dilakukan oleh berbagai kelompok dakwah termasuk HTI.

Jadi, siapa bilang Edukasi public seperti yang dilakukan oleh HTI melalui berbagai kegiatan itu sia-sia? Insyaalloh tidak ada yang sia-sia. Terbukti dengan adanya peningkatan terus menerus pemahaman atau kesadaran umat.

Nah, Konferensi Rajab masih in-line dengan misi penyadaran umat ini. Apalagi dalam situasi genting seperti sekarang ini –saat umat tengah hidup dalam berbagai persoalan kronis- forum besar itu nanti akan menegaskan bahwa pangkal semua problem itu adalah bobrokya Ideology Capitalism yang saat ini mendominasi dunia termasuk Indonesia. Solusinya tidak lain dengan mencampakkan ideology busuk tersebut dan mnggantinya dengan system yang bersumber dari sang Pencipta. Itulah Syariah. Syariah itu untuk bisa memberikan rahmat (kesejahteraan, keadilan, kedamian dan ketentraman) bagi semua seperti yang dijanjikan, tentu harus diterapkan secara kaffah dalam sistem KHILAFAH. Itulah mengapa tajuk Konferensi Rajab adalah “Hidup Sejahtera Dibawah Naungan Khilafah”

[Dikutip dari Catatan Jubir HTI Ust. Ismail Yusanto, yang ditulis ulang oleh Fahrur Rozi dan dikemas ulang lagi oleh Miau Ideologis]  hihihi....