Ada udang dibalik rempeyek, ya mungkin itu pribahasa yang cocok buat menggambarkan hubungan Wakil Presiden Mesir Omar Suleiman dengan AS (Amerika Setan eh...Serikat). lihatlah hubungan mereka begitu dekat, dari dekatnya sampai-sampai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton mengisyaratkan Amerika mendukung penuh Wakil Presiden Mesir Omar Suleiman dan proses transisi politik di Mesir.
Berbicara dalam suatu konferensi keamanan di Munich, Jerman, Sabtu (6/2/11), Hillary Clinton menegaskan dunia melihat Mesir membutuhkan proses transisi yang teratur.
Menlu AS ini dalam pernyataannya menegaskan, "Banyak kekuatan yang bekerja dalam beragam komunitas, yang menghadapi tantangan perubahan, dan mencoba menggagalkan atau menyalip proses transisi demi mengejar agenda mereka sendiri. Karena itulah saya pikir sangat penting mengikuti proses transisi yang diumumkan pemerintah Mesir, yang dipimpin Wakil Presien Omar Suleiman."
Hillary merujuk kepemimpinan Suleiman pada masa transisi. Namun pejabat Amerika memberi tahu kolega di Eropa bahwa mereka melihat Suleiman sebagai orang yang memegang kendali di Mesir saat ini.(internasional.kompas.com, Minggu, 6 Februari 2011).
ini Buktinya
Tokoh yang ditunjuk oleh Presiden Hosni Mubarak sebagai wakil presiden, Kepala Intelijen Mesir, Omar Suleiman, diberitakan pernah mengatur interogasi brutal terhadap terdakwa teror yang diculik oleh CIA.
Perannya dalam program yang disebut sebagai “perang atas teror” tersebut memperlihatkan hubungan kuat antara Amerika Serikat dan rezim berkuasa Mesir saat gelombang protes dilancarkan melawan Mubarak yang memicu dilema bagi Washington.
Saat kekuasaan Mubarak sedang di ambang kehancuran, Suleiman ditunjuk sebagai wakil presiden pekan lalu dan saat ini sedang menawarkan berbagai perundingan kepada oposisi sebagai tawaran demi mengatasi krisis.
Suleiman dikabarkan sempat menjadi operator yang sangat sibuk untuk melakukan negosisasi gencatan senjata yang sensitif dengan Israel dan Palestina dan juga pembicaraan di antara faksi-faksi yang bermusuhan di Palestina, membuatnya memenangkan pujian dari diplomat Amerika.
Bagi pejabat intelijen AS, ia merupakan mitra terpercaya setelah militan Islam tanpa ragu-ragu menargetkan kelompok radikal domestik pasca mereka melangsungkan serangkaian serangan kepada warga asing.
Suleiman merupakan produk dari hubungan AS-Mesir yang mendapakan pelatihan pada periode 1980-an di Sekolah dan Pusat Militer Khusus John F. Kennedy di Benteng Bragg di North Carolina.
Sebagai komandan intelijen, Suleiman diberitakan ikut terlibat dalam program kontroversial “penukaran tahanan luar biasa” pada masa mantan presiden George W. Bush di mana tersangka teror ditangkap oleh pihak Amerika dan dibawa ke Mesir dan negara lain tanpa ada proses pengadilan resmi menjadi korban interogasi yang kasar.
Ia adalah “pemain utama bagi CIA di Mesir untuk pengiriman tahanan semacam itu,” kata penulis buku “The Dark Side” Jane Meyer yang menulis di laman situs New Yorker. Setelah menjabat sebagai kepala intelijen, Suleiman mengawasi persetujuan dengan AS pada 1995 –saat masa kepresidenan Bill Clinton– yang membolehkan terdakwa militan ditransfer ke Mesir secara rahasia tanpa pertanyaan apa-apa.
Setelah invasi AS ke Irak pada 2003, CIA bergantung pada Suleiman untuk menerima transfer tahanan yang bernama Ibn Sheikh al-Libi yang oleh pejabat AS diharapkan dapat membuktikan adanya keterkaitan antara rezim Saddam Hussein di Irak dengan Al-Qaida.
Tersangka diikat dan dengam mata tertutup diterbangkan ke Kairo, tempat yang diyakini oleh CIA bahwa sekutu lama mereka Suleiman akan memastikan kesuksesan interogasi menurut buku “The One Percent Doctrine” karya Ron Suskind.
Dalam buku “Ghost Plane” yang menulis mengenai program pengiriman tahanan itu, wartawan Stephen Grey menulis bahwa Mesir menghadapi kritik publik dari parlemen mengenai catatan HAM-nya.
“Namun secara rahasia, pria seperti Omar Suleiman, intelijen paling kuat sekaligus polisi rahasia melakukan pekerjaan kami, pekerjaan yang bagi negara barat tidak ingin mereka kerjakan sendiri,” tulisnya. (republika.co.id, 1/2/2011)
berita diatas juga dikuatkan oleh WikiLeaks, Kabel diplomatik terbaru terbitan WikiLeaks soal krisis Mesir dirilis. WikiLeaks menyebut pemerintah Amerika Serikat (AS) sejak awal memang telah menyiapkan Kepala Badan Intelijen Mesir Omar Suleiman sebagai Presiden Mesir mendatang.
Omar Suleiman disiapkan sebagai kandidat teratas untuk mengambil alih negara jika sesuatu terjadi kepada Presiden Hosni Mubarak. Pada hari Sabtu (29/1) lalu informasi ini terbukti benar ketika Mubarak menunjuk Suleiman untuk menjabat wakil presiden.
Hal ini membuat Suleiman berada di baris pertama untuk menggantikan Mubarak. Seperti dikutip dari halaman WikiLeaks, Sabtu (5/2/2011), seorang pejabat intelijen yang dilatih di US Khusus Warfare School di Fort Bragg mengatakan bahwa Suleiman menjadi kepala badan mata-mata pada tahun 1993 yang membawanya dekat dengan CIA. (detiknews.com, Sabtu, 05/02/2011).
Kasihan juga rakyat yang udah mati-matian berjuang untuk mengganti rezim, kalo hasilnya penggantinya adalah Antek Penjajah lagi. rakyat pasti akan mengalami babak episode penjajahan gaya baru. sungguh tak ada yang bisa di harapkan jika mesir masih bergantung pada AS. jika ingin merdeka maka raihlah kemerdekaan yang hakiki yaitu dengan Ganti Rezim & ganti sistem, Terapkan Syariah dan Dirikan Khilafah. wallohu a'lam bisshowab.(miau ideologis, 05/02/2011)
The KHILAFAH Channel
khilafah on livestream.com. Broadcast Live Free